Rabu, 16 Maret 2016

DO dalam Air



BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Oksigen dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.



1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini  adalah :
1.        Memenuhi salah satu tugas individu dalam mata kuliah Kimia Amami
2.        Untuk menambah pengetahuan mengenai Tinjauan Oksigen Terlarut dalam Air
3.        Sebagai sarana tukar menukar informasi dan wawasan berpikir.

1.3  Rumusan Masalah

beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengaruh oksigen terlarut pada lingkungan air?
2.      Bagaiman metode pemeriksaan oksigen terlarut?
3.      Apa penyebab gangguan-gangguan pada pemeriksaan oksigen terlarut?
4.      Bagaimana hubungan antara pemeriksaan O2 terlarut dengan BOD?

BAB II

PEMBAHASAN


2.1       Sumber Oksigen (O2)

Oksigen (O2) merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh semua mahluk hidup, khususnya didalam perairan. Dalam perairan oksigen merupakan gas terlarut yang kadarnya bervariasi yang tergantung pada suhu dan salinitas. Oksigen dapat bersumber dari difusi oksigen yang terdapat diatmosfer dan aktifitas fotosintesis tumbuhan air maupun fitoplankton dengan bantuan energi matahari. Difusi juga dapat terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau ombak dan air terjun  (Effendi, 2003).
            Menurut Khiatuddin (2003), oksigen juga dapat berasal dari oksidasi karbohidrat sebagai sumber energi dalam metabolisme tubuh dan pembakaran karbohidrat tersebut mengeluarkan kembali karbondioksida dan air, yang sebelumnya digunakan dalam proses pembentukan karbohidrat melalui proses fotosintesis.

 

2.2 Kadar Oksigen (O2)

Dalam perairan, khususnya perairan tawar memiliki kadar oksigen (O2) terlarut berkisar antara 15 mg/l pada suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC. Kadar oksigen (O2) terlarut dalam perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l (Efendi, 2003).
Menurut Boyd (1990) dalam Caca dan Polong (2009), besarnya oksigen yang diperlukan oleh suatu organisme perairan tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan sebagainya. Konsentrasi oksigen (O2) yang rendah dapat menyebabkan stress dan kematian pada ikan. Lebih lanjut dikatakan oleh Hanafiah (2005), Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen (O2) dalam perairan  secara umum merupakan konsekuensi terhambatnya aktivitas akar tumbuhan dan mikrobia, serta difusi yang menyebabkan naiknya kadar CO2 dan turunnya kadar O2.

2.3 Peranan Oksigen (O2) Dalam Perairan

Menurut Zonnelved (1991) dalam Kordi (2004) kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan komsutif yang tergantung pada keadaan metabolisme suatu organisme. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan molekul sel dari organisme yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah.
Organisme dalam air membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan sebagainya. Beberapa jenis organisme air mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsenterasi oksigen 3 ppm, namun konsenterasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar organisme air untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsenterasi oksigen dibawah 4 ppm organisme masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makan mulai menurun (Kordi, 2004).
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan  lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air  buangan industri dan rumah tangga. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya.
Konsentrasi oksigen terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri. Dapat disebabkan oleh kolodial yang melayang di dalam air maupun oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air.
Selain itu suhu air juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air, karena tekanan udara mempengaruhi kecepatan diffusi oksigen dari udara ke dalam air.
Pada umumnya air lingungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal ini terjadi karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah bahan buangan organik, (yang ditandai dengan bau busuk).

2.4  Pengaruh tekanan udara terhadap oksigen terlarut

Sumber DO di perairan adalah difusi langsung dari atmosfer dan hasil fotosintesis organisme autotrof (Welch 1952). Menurut Henderson-Sellers & Markland (1987), sumber utama oksigen terlarut di perairan adalah difusi dari udara. Laju transfer oksigen tergantung pada konsentrasi oksigen terlarut di lapisan permukaan, konsentrasi saturasi oksigen, dan bervariasi sesuai kecepatan angin.
Difusi oksigen dari atmosfer ke air bisa terjadi secara langsung pada kondisi air diam ( stagnan) atau adanya pergolakan massa air akibat arus atau angin. Pada kondisi air diam, difusi terjadi apabila tekanan parsial udara lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan parsial  permukaan perairan. Pada kondisi pergolakan massa air, terjadi peningkatan peluang bagi molekul air untuk bersentuhan dengan atmosfer (Wetzel 2001). Penyerapan oksigen dari atmosfer ke dalam air terjadi dalam dua cara: (a) difusi langsung di permukaan perairan dan (b) melalui berbagai bentuk agitasi pada permukaan air, seperti gelombang, air terjun, dan turbulensi. Namun, difusi langsung dari udara melalui lapisan permukaan ke dalam perairan terjadi sangat lambat dan relatif tidak efektif dalam menyediakan oksigen ke perairan walaupun dapat berlangsung selama 24 jam (Welch 1952).
Misalnya, Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari, melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis ini akan larut di dalam air. Selain dari itu, oksigen yang ada di udara dapat juga masuk ke dalam air melalui  proses difusi yag secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri. Kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air. Selain dari itu suhu air juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air. Tekanan udara dapat  pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air karena tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air.
Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/liter. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut diperairan alami bervariasi, tergantung  pada suhu, salinitas, turblensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills, 1996)
 Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, tekanan atmosfer semakin rendah. Setiap  peningkatan ketinggian suatu tempat sebesar 100 m diikuti dengan penurunan tekanan hingga 8 mm Hg  – 9 mm Hg. Pada kolom air , setinggi peningkatan kedalaman sebesar 10 m disertai dengan penigkatan tekanan sekitar 1 atmosfer (Cole, 1988).
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung  pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air.
Peningkatan suhu sebesar 1°C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10% (Brown, 1987). Dekomposisi bahan organic dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob). Hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu ditunjukkan dalam table yang menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen dilaut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar.

2.5  Pengaruh kadar oksigen terlarut terhadap kualitas perairan

Berdasarkan kandungan (oksigen terlarut), maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5  – 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0  –  4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l)
Limbah bahan organik biasanya dibuang di sungai secara sembarangan. Akibat dari  perbuatan manusia itu sendiri yang melakukan Pembuangan limbah organik ke dalam sungai menimbulkan perubahan kondisi yang ditengarai oleh fluktuasi oksigen dan jenis organisme yang hidup di lokasi tersebut Sebelum titik pembuangan limbah, oksigen terlarut dapat menyangga populasi normal dalam kondisi air bersih (zona bersih). Langsung dibawah sumber pencemaran, kadar oksigen mulai menurun karena bakteri banyak melakukan dekomposisi limbah. Beberapa  jenis ikan pemakan dekomposer masih dapat bertahan pada zona ini (zona dekomposisi). Lebih jauh ke hilir, oksigen makin menipis, dan mungkin terjadi kondisi yang anaerobik (tanpa oksigen), sehingga hanya mikroorganisme dan invertebrata yang paling resisten saja yang dapat bertahan hidup (zona septik). Semakin lama semua materi organik akan habis terdekomposisi, jumlah dekomposer menurun, dan kadar oksigen kembali meningkat (zona  perbaikan). Semakin ke hilir, keadaan akan bertambah baik sehingga akan terjadi keseimbangan baru suatu komunitas perairan bersih (zona bersih). Panjang pendeknya setiap zona tergantung pada volume limbah, suhu air, dan kuatnya arus air.

2.6  Pengaruh ketinggian terhadap kadar oksigen terlarut

Di perairan alam konsentrasi oksigen terlarut dalam fungsi dari proses biologi seperti proses fotosintesa dan respirasi dan proses fisika seperti  pergerakan air dan suhu. Di permukaan air konsentrasi oksigen rendah, dikedalaman tertentu di daerah fotik mencapai maksimum, dan di dasar perairan konsentrasinya menurun lagi, selama stratifikasi panas, konsentrasi oksigen terlarut di dasar perairan rendah karena pengambilan oleh mikroba untuk respirasi.

2.7 metode pemeriksaan oksigen terlarut “dissolved oxygen” (DO)

Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
2. Metoda elektrokimia
1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H – KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCl2 + NaOH à Mn(OH)2 + 2NaCl
2Mn(OH)2 + O2 à MnO2 + 2H2O
MnO2 + 2KI + 2H2O à Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2Na2S2O3 à Na2S4O6 + 2NaI

Metode yang digunakan dalam pengukuran kadar oksigen terlarut adalah
  • Mengambil sampel air dengan menggunakan botol BOD 125 ml (tidak boleh ada udara yang masuk), 
  • Kemudian menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH dalam KI, 
  • Tutup botol tersebut dan kocok hingga larutan homogen dan terjadi endapan. 
  • Langkah selanjutnya menambahkan 1 ml H2SO4 pekat kemudian menutup botol BOD, 
  • kocok sampai endapan hilang dan larutan berwarna kuning, 
  • setelah itu memasukkan 50 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml.
  • Melakukan titrasi dengan 0,025 N  Na2S2O3 hingga larutan berwarna kuning muda. 
  • Menambahkan 2 tetes amilum, apabila timbul warna biru kemudian 
  • Melanjutkannya dengan titrasi Na2S2O3  0,025 N hingga bening.
            Kadar oksigen (O2) terlarut dalam air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN1v1XN5-WBvl8Hb35Ckx7hqiROrQ6YasdxH2YRBw_eEbG_TyBUG2mMnCn37zhll5sa3pBSH_pRk1mcDWFHqtOOLbgtUmNlZuc0mPfwE_vjBfI3vBdLl79EHO5qf6277MtlcJ7gGUuEW2S/s1600/rumus+DO.png
Ket :            1000 = ml per liter air
                             8     = jumlah mg/l O2 setara 0,025 N Na2S2O3
                             V    = jumlah air sampel yang dititrasi
                             N    = Normalitas Na2S2O3 (0,025 N)
                             p    = volume titran (Na2S2O3) yang digunakan

2. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter, secara potensiometrik. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah : Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut. Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar kaliumbikromat yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.

2.8  Gangguan-gangguan pada Pemeriksaan Oksigen Terlarut

            penyebab bau busuk dari air yang tercemar, Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda:
Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.         
Pencemaran air disebabkan oleh aktifitas manusia sehari hari yang dapat mengakibatkan adanya perubahan pada kualitas air tersebut. Pencemaran air ini terjadi di sungai, lautan, danau dan air bawah tanah.

 

2.9  Penanggulangan Oksigen (O2)

Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam. Sehingga apabila kadar oksigen terlarut berkurang dalam air, maka perlu dilakukan cara-cara yaitu menggunakan aerator atau alat sirkulasi air yang mampu memutar oksigen dari udara kedalam air sacara cepat dan dalam jumlah besar. Oleh karena itu, pengelolaan dalam perairan harus selalu diperhatikan kadar dan perubahan konsentrasi oksigen terlarutnya (Sitanggang, 2002).
Dalam perairan, apabila terjadi penurunan  oksigen dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Oksigen terlarut ini diperlukan untuk menjaga kelestarian kehidupan tumbuhan dan hewan dalam air. Kehilangan oksigen karena proses biologis ini diganti dari melarutkan udara di dalam air dan dari proses fotosintesis tumbuhan air

2.10 Hubungan Antara Pemeriksaan O2 Terlarut dengan BOD (BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND)

Penetapan oksigen terlarut merupakan dasar dari penetapan BOD, yang menilai derajat pencemaran dari buangan rumah tangga maupun indrustri. Pengambilan contoh untuk penentuan oksigen terlarut dan BOD:
            Cara pengambilan contoh air untuk menentukan oksigen terlarut memerlukan cara tersendiri. Kadar oksigen ini biasanya lebih rendah daripada kadar jenuhnya, sehingga kalau berhubungan dengan udara akan berubah.
            Penentuan oksigen ini tidak dapat tertunda, harus dilakukan dilapanga. Kadar oksigen akan berubah karena kegiatan biologi, sehingga diperlukan pemantapan (fiksasi) dengan penambahan pereaksi O2 di lapangan, kemudian penentuannya dilanjutkan di labolatorium.
            Kalau DO cukup banyak, bakteri aerob akan melakukan oksidasi dan terbentuklah senyawa nitrit yang selanjutnya menjadi nitrat. Kalau kehabisan DO selama proses ini, maka nitrat akan direduksi kembali menjadi nitrit oleh bakteri anaerob. Ini akan terjadi bila sebagian besar zat organik tersebut telah dioksidasi menjadi nitrat. Kalau persediaan oksigen membentuk amoniak. Jad bila ada pencemar organik dalam air limbah, DO yang akan dipergunakan oleh bakteri untuk menguraikannya, sehingga cepat habis. Sebaliknya bia ada air limbah yang mengandug bahan pencemar organik diberi oksigen secukupnya (dilakukan aerasi), akan terjadi peruraian aerobik sampai mencapai keadaan stabil. Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mencapai keadaan stabl ini yang disebut BOD. BOD merupakan petunjuk penting untuk mengetahui banyaknya zat organik yang terkandung dalam air limbah. Makin banyak kandungan zat organik, makin tingggi BOD-nya. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, cahaya, matahari, pertumbuhan biologik, gerakan air dan kadar oksigen.

BAB III

KESIMPULAN

 

3.1 Kesimpulan


Berdasarkan pembahasan pada BAB II, dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
3.1.1 Konsentrasi oksigen terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri. Dapat disebabkan oleh kolodial yang melayang di dalam air maupun oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air. Suhu, tekanan udara yang dapat menyebabkan pengaruh oksigen terlarut pada lingkungan air
3.1.2  Metoda titrasi dengan cara WINKLER,  metoda elektrokimia
3.1.3 Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
3.1.4  Penetapan oksigen terlarut merupakan dasar dari penetapan BOD, kalau DO cukup banyak, bakteri aerob akan melakukan oksidasi dan terbentuklah senyawa nitrit yang selanjutnya menjadi nitrat.

DAFTAR PUSTAKA


1.      Buku:
-          Dra. Ny. Purnomo Sutjipto M.S. 1989. Kimia Air
-          Yeni Wahyuni, Ssi. 2015. Modul praktikum amami

2.      Sumber-sumber lainnya:
-          goeslanzsaw.bogspot.ca/2013/03/analisa-dalam-air.html?m=1
-          teknologikimiaindustri.blogspot.ca/2011/02/oksigen-terlarut-ot-dissolved-oxygen-do.html?=1