BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oksigen dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari
beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air
dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan
bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu
dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar
oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara
bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan
terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin
berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen
relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :
1.
Memenuhi
salah satu tugas individu dalam mata kuliah Kimia Amami
2.
Untuk
menambah pengetahuan mengenai Tinjauan Oksigen Terlarut dalam Air
3.
Sebagai
sarana tukar menukar informasi dan wawasan berpikir.
1.3 Rumusan Masalah
beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh oksigen terlarut pada
lingkungan air?
2.
Bagaiman
metode pemeriksaan oksigen terlarut?
3.
Apa
penyebab gangguan-gangguan pada pemeriksaan oksigen terlarut?
4.
Bagaimana
hubungan antara pemeriksaan O2 terlarut dengan BOD?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber Oksigen (O2)
Oksigen (O2) merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh semua mahluk hidup, khususnya
didalam perairan. Dalam perairan oksigen
merupakan gas terlarut yang kadarnya bervariasi yang tergantung pada suhu dan
salinitas. Oksigen dapat bersumber dari difusi
oksigen yang terdapat diatmosfer dan aktifitas
fotosintesis tumbuhan air maupun fitoplankton dengan bantuan energi matahari. Difusi
juga dapat terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya
gelombang atau ombak dan air terjun (Effendi, 2003).
Menurut Khiatuddin (2003), oksigen juga dapat berasal dari oksidasi karbohidrat sebagai sumber energi
dalam metabolisme tubuh dan pembakaran karbohidrat tersebut mengeluarkan
kembali karbondioksida dan air, yang sebelumnya digunakan dalam proses
pembentukan karbohidrat melalui proses fotosintesis.
2.2 Kadar Oksigen (O2)
Dalam perairan, khususnya perairan
tawar memiliki kadar oksigen (O2) terlarut berkisar antara 15 mg/l
pada suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC. Kadar oksigen (O2)
terlarut dalam perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l (Efendi, 2003).
Menurut Boyd
(1990) dalam Caca dan Polong (2009),
besarnya oksigen yang diperlukan oleh suatu organisme perairan tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu,
dan sebagainya. Konsentrasi
oksigen (O2) yang rendah dapat menyebabkan stress dan kematian pada ikan. Lebih lanjut dikatakan oleh
Hanafiah (2005), Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen (O2)
dalam perairan secara umum merupakan
konsekuensi terhambatnya aktivitas akar tumbuhan dan mikrobia, serta difusi
yang menyebabkan naiknya kadar CO2 dan turunnya kadar O2.
2.3 Peranan Oksigen (O2) Dalam Perairan
Menurut Zonnelved (1991) dalam Kordi (2004) kebutuhan oksigen
mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan
kebutuhan komsutif yang tergantung pada keadaan metabolisme suatu organisme.
Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi spesies tertentu disebabkan
oleh adanya perbedaan molekul sel dari organisme yang mempengaruhi hubungan
antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam
sel darah.
Organisme dalam air membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk
menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi,
dan sebagainya. Beberapa
jenis organisme air mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsenterasi
oksigen 3 ppm, namun konsenterasi minimum yang masih dapat diterima sebagian
besar organisme air untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan
konsenterasi oksigen dibawah 4 ppm organisme masih mampu bertahan hidup, akan
tetapi nafsu makan mulai menurun (Kordi, 2004).
Oksigen memegang peranan penting
sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam
proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen
juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau
anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi
bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada
akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen
yang dihasilkan akan lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena
proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting
untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun
secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi
bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak
beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan
dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih
sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan
industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu
diperkaya kadar oksigennya.
Konsentrasi oksigen terlarut di dalam
air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri. Dapat disebabkan oleh
kolodial yang melayang di dalam air maupun oleh jumlah larutan limbah yang
terlarut di dalam air.
Selain itu suhu air juga mempengaruhi
konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air. Tekanan udara dapat pula
mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air, karena tekanan udara mempengaruhi
kecepatan diffusi oksigen dari udara ke dalam air.
Pada umumnya air lingungan yang telah
tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal ini terjadi karena oksigen
yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah bahan
buangan organik, (yang ditandai dengan bau busuk).
2.4 Pengaruh tekanan udara terhadap oksigen terlarut
Sumber DO di perairan adalah difusi
langsung dari atmosfer dan hasil fotosintesis organisme autotrof (Welch 1952).
Menurut Henderson-Sellers & Markland (1987), sumber utama oksigen terlarut
di perairan adalah difusi dari udara. Laju transfer oksigen tergantung pada
konsentrasi oksigen terlarut di lapisan permukaan, konsentrasi saturasi
oksigen, dan bervariasi sesuai kecepatan angin.
Difusi oksigen dari atmosfer ke air
bisa terjadi secara langsung pada kondisi air diam ( stagnan) atau adanya
pergolakan massa air akibat arus atau angin. Pada kondisi air diam, difusi
terjadi apabila tekanan parsial udara lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan
parsial permukaan perairan. Pada kondisi pergolakan massa air, terjadi
peningkatan peluang bagi molekul air untuk bersentuhan dengan atmosfer (Wetzel
2001). Penyerapan oksigen dari atmosfer ke dalam air terjadi dalam dua cara:
(a) difusi langsung di permukaan perairan dan (b) melalui berbagai bentuk
agitasi pada permukaan air, seperti gelombang, air terjun, dan turbulensi.
Namun, difusi langsung dari udara melalui lapisan permukaan ke dalam perairan
terjadi sangat lambat dan relatif tidak efektif dalam menyediakan oksigen ke
perairan walaupun dapat berlangsung selama 24 jam (Welch 1952).
Misalnya, Tanaman yang ada di dalam
air, dengan bantuan sinar matahari, melakukan fotosintesis yang menghasilkan
oksigen. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis ini akan larut di dalam air.
Selain dari itu, oksigen yang ada di udara dapat juga masuk ke dalam air
melalui proses difusi yag secara lambat menembus permukaan air.
Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat
kejenuhan air itu sendiri. Kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang
melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air.
Selain dari itu suhu air juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di
dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam
air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air
karena tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam
air.
Atmosfer bumi mengandung oksigen
sekitar 210 ml/liter. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam
perairan. Kadar oksigen yang terlarut diperairan alami bervariasi, tergantung
pada suhu, salinitas, turblensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar
suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar
oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills, 1996)
Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan
laut, tekanan atmosfer semakin rendah. Setiap peningkatan ketinggian
suatu tempat sebesar 100 m diikuti dengan penurunan tekanan hingga 8 mm Hg – 9
mm Hg. Pada kolom air , setinggi peningkatan kedalaman sebesar 10 m disertai
dengan penigkatan tekanan sekitar 1 atmosfer (Cole, 1988).
Kadar oksigen terlarut juga
berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada
pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktifitas
fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air.
Peningkatan suhu sebesar 1°C akan
meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10% (Brown, 1987). Dekomposisi bahan
organic dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut
hingga mencapai nol (anaerob). Hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dan
suhu ditunjukkan dalam table yang menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu,
kelarutan oksigen semakin berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga
berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen dilaut cenderung
lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar.
2.5 Pengaruh kadar oksigen terlarut terhadap kualitas perairan
Berdasarkan kandungan (oksigen
terlarut), maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat dibagi menjadi
empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5
– 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 – 4,4 mgr/l) dan
tercemar berat (< 2,0 mgr/l)
Limbah bahan organik biasanya
dibuang di sungai secara sembarangan. Akibat dari perbuatan manusia itu
sendiri yang melakukan Pembuangan limbah organik ke dalam sungai menimbulkan
perubahan kondisi yang ditengarai oleh fluktuasi oksigen dan jenis organisme
yang hidup di lokasi tersebut Sebelum titik pembuangan limbah, oksigen terlarut
dapat menyangga populasi normal dalam kondisi air bersih (zona bersih).
Langsung dibawah sumber pencemaran, kadar oksigen mulai menurun karena bakteri
banyak melakukan dekomposisi limbah. Beberapa jenis ikan pemakan
dekomposer masih dapat bertahan pada zona ini (zona dekomposisi). Lebih jauh ke
hilir, oksigen makin menipis, dan mungkin terjadi kondisi yang anaerobik (tanpa
oksigen), sehingga hanya mikroorganisme dan invertebrata yang paling resisten
saja yang dapat bertahan hidup (zona septik). Semakin lama semua materi organik
akan habis terdekomposisi, jumlah dekomposer menurun, dan kadar oksigen kembali
meningkat (zona perbaikan). Semakin ke hilir, keadaan akan bertambah baik
sehingga akan terjadi keseimbangan baru suatu komunitas perairan bersih (zona
bersih). Panjang pendeknya setiap zona tergantung pada volume limbah, suhu air,
dan kuatnya arus air.
2.6 Pengaruh ketinggian terhadap kadar oksigen terlarut
Di perairan alam konsentrasi oksigen
terlarut dalam fungsi dari proses biologi seperti proses fotosintesa dan
respirasi dan proses fisika seperti pergerakan air dan suhu. Di permukaan
air konsentrasi oksigen rendah, dikedalaman tertentu di daerah fotik mencapai
maksimum, dan di dasar perairan konsentrasinya menurun lagi, selama
stratifikasi panas, konsentrasi oksigen terlarut di dasar perairan rendah
karena pengambilan oleh mikroba untuk respirasi.
2.7 metode pemeriksaan oksigen terlarut “dissolved oxygen” (DO)
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau
ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
1. Metoda titrasi
dengan cara WINKLER
2. Metoda
elektrokimia
1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara
umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya
dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih
dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H – KI, sehingga akan terjadi endapan
Mn02. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut
kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan
oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan
amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCl2 + NaOH Ã Mn(OH)2
+ 2NaCl
2Mn(OH)2 + O2 Ã MnO2
+ 2H2O
MnO2 + 2KI + 2H2O Ã Mn(OH)2
+ I2 + 2KOH
I2 + 2Na2S2O3
à Na2S4O6 + 2NaI
Metode yang digunakan dalam pengukuran kadar oksigen terlarut
adalah
- Mengambil sampel air dengan menggunakan botol BOD 125 ml (tidak boleh ada udara yang masuk),
- Kemudian menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH dalam KI,
- Tutup botol tersebut dan kocok hingga larutan homogen dan terjadi endapan.
- Langkah selanjutnya menambahkan 1 ml H2SO4 pekat kemudian menutup botol BOD,
- kocok sampai endapan hilang dan larutan berwarna kuning,
- setelah itu memasukkan 50 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml.
- Melakukan titrasi dengan 0,025 N Na2S2O3 hingga larutan berwarna kuning muda.
- Menambahkan 2 tetes amilum, apabila timbul warna biru kemudian
- Melanjutkannya dengan titrasi Na2S2O3 0,025 N hingga bening.
Kadar oksigen (O2)
terlarut dalam air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Ket : 1000 = ml per liter air
8
= jumlah mg/l O2 setara 0,025 N Na2S2O3
V
= jumlah air sampel yang dititrasi
N
= Normalitas Na2S2O3
(0,025 N)
p = volume titran (Na2S2O3) yang
digunakan
2. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda
elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat
DO meter, secara potensiometrik. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe
oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan
elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak
(Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan
membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia
yang akan terjadi adalah : Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari
aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding
lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut. Penentuan oksigen terlarut (DO)
dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis apabila
dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam
titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan
tiosulfat dan pembuatan larutan standar kaliumbikromat yang tepat. Dengan
mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara
analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter, harus diperhatikan
suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini
sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter.
Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat
sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di
lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat
penentuannya hanya bersifat kisaran.
2.8 Gangguan-gangguan pada Pemeriksaan Oksigen Terlarut
penyebab bau busuk dari air yang tercemar,
Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan
H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan
oleh bakteri anaerob. Pencemaran air dapat
disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda:
Meningkatnya
kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air
comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang
menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah
terhadap seluruh ekosistem.
Industri
membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat,
toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek
termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga
mengurangi oksigen dalam air.
Pencemaran
air disebabkan oleh aktifitas manusia sehari hari yang dapat mengakibatkan
adanya perubahan pada kualitas air tersebut. Pencemaran air ini terjadi di
sungai, lautan, danau dan air bawah tanah.
2.9 Penanggulangan Oksigen (O2)
Oksigen
terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada
budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam. Sehingga
apabila kadar oksigen terlarut berkurang dalam air, maka perlu dilakukan
cara-cara yaitu menggunakan aerator atau alat sirkulasi air yang mampu memutar
oksigen dari udara kedalam air sacara cepat dan dalam jumlah besar. Oleh karena itu, pengelolaan dalam perairan harus selalu diperhatikan kadar dan perubahan konsentrasi oksigen terlarutnya (Sitanggang, 2002).
Dalam
perairan, apabila
terjadi penurunan oksigen dapat dilakukan dengan
penambahan bahan kimia menjadi senyawa
yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Oksigen terlarut ini diperlukan untuk
menjaga kelestarian kehidupan tumbuhan dan hewan dalam air. Kehilangan oksigen karena proses biologis ini diganti dari melarutkan udara
di dalam air dan dari proses fotosintesis tumbuhan air
2.10 Hubungan Antara Pemeriksaan O2 Terlarut dengan BOD (BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND)
Penetapan oksigen terlarut merupakan dasar dari penetapan BOD, yang
menilai derajat pencemaran dari buangan rumah tangga maupun indrustri.
Pengambilan contoh untuk penentuan oksigen terlarut dan BOD:
Cara pengambilan contoh air untuk
menentukan oksigen terlarut memerlukan cara tersendiri. Kadar oksigen ini
biasanya lebih rendah daripada kadar jenuhnya, sehingga kalau berhubungan
dengan udara akan berubah.
Penentuan oksigen ini tidak dapat
tertunda, harus dilakukan dilapanga. Kadar oksigen akan berubah karena kegiatan
biologi, sehingga diperlukan pemantapan (fiksasi) dengan penambahan pereaksi O2
di lapangan, kemudian penentuannya dilanjutkan di labolatorium.
Kalau DO cukup banyak, bakteri aerob
akan melakukan oksidasi dan terbentuklah senyawa nitrit yang selanjutnya
menjadi nitrat. Kalau kehabisan DO selama proses ini, maka nitrat akan
direduksi kembali menjadi nitrit oleh bakteri anaerob. Ini akan terjadi bila
sebagian besar zat organik tersebut telah dioksidasi menjadi nitrat. Kalau
persediaan oksigen membentuk amoniak. Jad bila ada pencemar organik dalam air
limbah, DO yang akan dipergunakan oleh bakteri untuk menguraikannya, sehingga
cepat habis. Sebaliknya bia ada air limbah yang mengandug bahan pencemar
organik diberi oksigen secukupnya (dilakukan aerasi), akan terjadi peruraian
aerobik sampai mencapai keadaan stabil. Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk
mencapai keadaan stabl ini yang disebut BOD. BOD merupakan petunjuk penting
untuk mengetahui banyaknya zat organik yang terkandung dalam air limbah. Makin
banyak kandungan zat organik, makin tingggi BOD-nya. Nilai BOD dipengaruhi oleh
suhu, cahaya, matahari, pertumbuhan biologik, gerakan air dan kadar oksigen.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB II, dapat penulis simpulkan sebagai
berikut :
3.1.1 Konsentrasi oksigen terlarut di dalam air
tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri. Dapat disebabkan oleh
kolodial yang melayang di dalam air maupun oleh jumlah larutan limbah yang
terlarut di dalam air. Suhu, tekanan udara yang dapat menyebabkan pengaruh
oksigen terlarut pada lingkungan air
3.1.2 Metoda titrasi dengan cara WINKLER,
metoda elektrokimia
3.1.3 Sampah organik seperti air comberan (sewage)
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang
mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem.
3.1.4 Penetapan oksigen terlarut merupakan dasar dari penetapan BOD, kalau DO
cukup banyak, bakteri aerob akan melakukan oksidasi dan terbentuklah senyawa
nitrit yang selanjutnya menjadi nitrat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Buku:
-
Dra. Ny. Purnomo Sutjipto M.S. 1989.
Kimia Air
-
Yeni Wahyuni, Ssi. 2015. Modul praktikum
amami
2.
Sumber-sumber lainnya:
-
goeslanzsaw.bogspot.ca/2013/03/analisa-dalam-air.html?m=1
-
teknologikimiaindustri.blogspot.ca/2011/02/oksigen-terlarut-ot-dissolved-oxygen-do.html?=1